Dewasa
awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai
dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri
ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan
mental ege-nya.
Berbagai
masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal.
Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri,
baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan
tentang masa depan sudah lebih realistis.
Erickson
(dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang
yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan
hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak
seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa
yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian,
menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).
Hurlock
(1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi
kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
Secara
umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang
berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan,
Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi
secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual
(cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role
trantition).
Perkembangan
sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa
dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris
menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat
memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers &
Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau
membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh
anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan
dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.
Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin
hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal
ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah
satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa
penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang
diperolehnya.
Dari
segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan
fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi
sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi
emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk
meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang
prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan
masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik
daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Ciri Perkembangan Dewasa Awal
Dewasa
awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson
(dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya
sebagai berikut:
a.
Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang
berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada
perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.
b.
Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien;
seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara
jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan
tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju
arahnya.
c.
Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir
perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya
dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak
mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula
perasaan-perasaan orang lain.
d.
Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha
mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e.
Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang
realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka
terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan
dirinya.
f.
Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau
memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk
mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang
usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga
untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab
secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
g.
Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang
memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan
kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru
Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan
masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan
perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah:
a. Usia reproduktif (Reproductive Age)
Masa
dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk
rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada
beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka
menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.
b. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age)
Dengan
pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola
hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang
sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan
dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang
dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang
yang bersangkutan.
Ini
adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan
kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani
sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima
tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
c. Usia Banyak Masalah (Problem age)
Masa
ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap
memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap
perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan
pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan,
semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.
d. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)
Banyak
orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan,
perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali
dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran.
Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi
pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang
dialami dalam pergumulan persoalan.
e. Masa keterasingan sosial
Dengan
berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola
kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga,
hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang,
dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar
rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak
bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami
keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis ketersingan
(Erikson:34).
f. Masa komitmen
Mengenai
komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak
mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan
menjadi suatu tanggungajwab yang trrlalu berat untuk dipikul. Namun
banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi
orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter
gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut
orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar doctor, karena ada
prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar kemungkinan anda
sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”.
g. Masa Ketergantungan
Masa
dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa
biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga
pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada
pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan
mereka.
h. Masa perubahan nilai
Beberapa
alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin
diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan
ekonomi orang dewasa.
i. Masa Kreatif
Bentuk
kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung
pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan
keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan
sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi,
ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi
kreativitas.
BAB II. HASIL – HASIL PENELITIAN PSIKOLOGI DEWASA AWAL
Hasil
penelitian dewasa awal lebih banyak mengarah pada hubungan sosial, dan
perkembangan intelektual, pekerjaan dan perkawinan di usia dewasa awal,
dan pengoptimalan perkembangan dewasa awal serta perilaku penghayatan
keagamaan. Beberapa hasil penelitian, diantaranya:
1. Persepsi seks maya pada dewasa awal
Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini
menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif
terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan
Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya timur,
dimana manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam
bersikap dan berperilaku. Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo,
1998) kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa disadari
kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang
terhadap berbagai macam hal.
2. Penundaan usia perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan
Dari hasil penelitian
didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap
terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal
ini berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia
perkawinan akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari
segi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan
memberikan waktu lebih banyak bagi mereka untuk membentuk identitas
pribadi sebagai individu yang matang secara biologis, psikologis, sosial
dan ekonomi.
Adanya
ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan berujung perceraian
merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu tentang kesiapan
menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan di
media massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena biasa.
Salah satu penyebab wanita yang bekerja memutuskan untuk menunda
pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional
dengan pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja
termanifestasi dengan adanya ketakutan menghadapi krisis perkawinan
serta ragu tentang kemampuan mereka berbagi secar mosional dengan
pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik.
Individu yang merasa memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit,
misal DM) cenderung ragu melangkah menuju jenjang pernikahan.
Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada beberapa criteria yang perlu diperhatikan:
o Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.
o Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
o Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan seksual.
o Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim.
o Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada orang lain.
o Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
o Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.
o Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.
o Bersedia menerima keterbatasan orang lain.
o Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi.
o Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.
Individu
yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah yang
lebih baik, artinya mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan
beradaptasi setelah memasuki pernikahan.
4. Kemandirian Dewasa Awal
Penelitian dengan judul “Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Ditinjau dari Kesadaran Gender”
ini, membuktikan bahwa bahwa perbedaan perlakuan yang diterima anak
laki-laki dan perempuan sejak lahir akan mempengaruhi tingkat
kemandirian. Semakin tinggi kesadaran gender maka semakin tinggi
kemandirian pada Mahasiswa UIN Suska Riau. Dengan makin tingginya
kesadaran gender yang dimiliki mahasiswi UIN Suska Riau lebih mandiri
dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak memiliki kesadaran gender atau
memiliki kesadaran gender yang rendah. Mahasiswi yang memiliki
kemandirian tinggi akan lebih mudah menghadapi kehidupan, tantangan yang
dihadapinya, serta menjalin hubungan yang mantap dalam kehidupan
sosialnya.
5. Perilaku Perkembangan penghayatan Identitas dan Nilai-Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-Hari
a. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama
Penelitian dengan judul “Perkembangan Identitas Diri Dalam Area Agama pada Remaja Akhir” ini adalah studi deskriptif pada mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN
Suska Riau, dengan usia sample 18 – 22 tahun Menurut Hurlock, usia ini
sudah memasuki usia Dewasa Awal.
Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa remaja akhir yang berstatus sebagai
mahasiswa Fakultas Psikologi berada pada status identitas diri yang
ideal.
b. Perilaku Penghayatan Nilai-Nilai Agama
Penelitian
dengan judul “Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan dengan
perilaku Membeli produk Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa
Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA Pekanbaru”,
membuktikan bahwa semakin positif sikap terhadap aspek kehalalan, maka
semakin meningkat perilaku membeli produk makanan dan minuman halal.
Subjek memiliki pengetahuan tantang masalah kehalalan, sehingga subjek
memiliki persepsi dan keyakinan bahwa kehalalan adalah hal yang mendasar
dalam kaitannya dengan produk makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
Subjek meyakini bahwa bahan yang terkandung dan proses yang dilalui
dalam pembuatan produk tersebut memiliki titik kritis untuk kehalalan
pangan. Subjek juga membentuk afek yang mendukung keyakinan tersebut,
serta reaksi fisiologis yang sesuai dengan kepercayan dan keyakinan yang
dimilikinya. Selanjutnya juga muncul keinginan dan kecenderungan untuk
melakukan sesuatu yang selaras dengan kepercayaan dan perasaan tersebut.
BAB III. OPTIMALISASI PERKEMBANGAN DEWASA AWAL
Dewasa
awal adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada
puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang
waktu antara 20 – 40 tahun adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang
ada pada diri individu. Jika masa ini bermasalah, akan mempengaruhi
bahkan kemungkinan individu mengalami masalah yang paling serius pada
masa selanjutnya.
Menurut Vailant (1998),
membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa pembentukan (20 –
30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang
tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan
persahabatan. Masa konsolidasi (30 – 40 tahun), yaitu masa konsolidasi
karir dan memperkuat ikatan perkawinan. Masa transisisi (sekitar usia 40
tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjan dan melakukan
evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.
Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953), telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut:
a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah
melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan
fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,
yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia
mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.
Mereka
akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan
pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga
berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan,
pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan
hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
b. Belajar hidup bersama dengan suami istri
Dari
pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan
masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu
membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak
bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak
diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi
masalah yang dihadapi bersama.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
Masa
dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap
sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek
rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25
tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA
(SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu,
sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya
telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini,
mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri
secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua.
Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah
tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.
d. Mengelolah rumah tangga
Setelah
menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya. Dia
akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.
Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan
hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan,
mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap
menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya
yang lain.
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai
menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan
ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan
minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan
yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka
akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila
tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan,
mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan
selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan
latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang
layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan
penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan
ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa
untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan
penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya
(atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan
mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi
kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak
Warga
negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup
tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara
yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan
perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara,
seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta
kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2)
mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan
bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata
masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di
masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti
membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas
perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang,
sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang
tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup
sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini,
yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik
disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas
perkembangan tersebut dengan baik.
g. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya
Masa
dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai
dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah
membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian.
Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal
Dengan
bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang
menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang
huru-hara, kemasa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri
bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam
perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:
a. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas
Dewasa
awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri
adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah,
kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas.
b. Kemandirian vs tidak mandiri
c. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.
d. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
e. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri
Dalam
menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi
penghambat perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal, diantara
penghambat yang sangat penting sehingga menyukarkan penguasaan
tugas-tugas perkembangan, diantranya:
ü
Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities); sebagai salah
satu penghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal,
berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman belajar dan latihan masa
lalu.
ü
Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan
pola asuh orangtua yng pernah dialami dalam masa kanak-kanak.
ü
Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation of peer-group
influences); Satu diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam
menguasai tugas-tugas perkembangan. Disini akan terlihat pengaruh
kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa awal.
ü
Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration);
Kesukaran-kesukaran dewasa awal, dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep
yang tidak realistis dalam benak pada dewasa awal (yang baru
meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang
dapat dicapai.
BAB III. PENUTUP
Masa
dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber
potensi dan kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan
dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa dewasa,
yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase dewasa akhir,
dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa
dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam
masa penitian karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa
ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting.
Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada
situasi yang berbeda; problem rumah tangga, masalah pekerjaan,
pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin,
suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
REFERENSI
Monks,F.J.,
Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga
Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional
Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius
Ayu,
Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan
Jenis Kelamin pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas
Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com
Qalbinur. Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa Awal. http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.
0 komentar:
Posting Komentar